YOUR CORPORATE PARTNER TO BUILD, SUSTAIN & THRIVE
- +62 811-1185-6060
- info@gosustain.id
Selama ini kita sering mendengar bahwa hutan di daratan berperan penting dalam menyerap dan menyimpan karbon. Namun, ada satu ekosistem lain yang sama pentingnya, bahkan sering terlupakan, yaitu ekosistem pesisir. Ekosistem ini meliputi hutan mangrove, padang lamun (seagrass), dan rawa-rawa pasang surut yang mampu menyerap karbon dalam jumlah besar. Karbon yang disimpan di wilayah tersebut dikenal sebagai Blue Carbon atau Karbon Biru.
Blue Carbon merupakan karbon yang diserap dari atmosfer maupun laut, lalu disimpan dalam tanah, biomassa hidup, serta sisa-sisa organisme mati di ekosistem pesisir. Berbeda dengan karbon di hutan daratan, karbon biru ini bisa tersimpan dalam jangka waktu ribuan tahun. Oleh sebab itu, menjaga ekosistem pesisir sama pentingnya dengan menjaga hutan tropis untuk mengurangi dampak perubahan iklim.
Ekosistem pesisir adalah penyerap gas rumah kaca yang sangat efektif. Penelitian menunjukkan bahwa hutan mangrove dan padang lamun mampu menyerap serta menyimpan karbon 100 kali lebih banyak dibandingkan dengan hutan daratan. Tidak hanya itu, penyimpanan karbon di kawasan ini lebih permanen karena terperangkap dalam sedimen laut yang stabil selama berabad-abad.
Sekitar 50–99% karbon biru tersimpan dalam tanah di kedalaman hingga 6 meter. Jika ekosistem ini rusak atau dialihfungsikan, simpanan karbon akan dilepaskan ke atmosfer dan memperparah pemanasan global. Maka dari itu, melindungi Blue Carbon berarti melindungi masa depan bumi dari ancaman perubahan iklim.
Selain untuk iklim, keberadaan Blue Carbon juga memberikan berbagai manfaat langsung bagi manusia, terutama masyarakat pesisir. Mulai dari meningkatkan kualitas lingkungan, mendukung perikanan, hingga menjadi sumber mata pencaharian.
Selain sebagai penyerap karbon yang luar biasa, ekosistem Blue Carbon memberikan banyak manfaat tambahan bagi lingkungan maupun masyarakat. Berikut beberapa di antaranya:
Mangrove berfungsi sebagai penahan alami yang mampu meredam energi gelombang, mencegah abrasi, serta mengurangi risiko banjir akibat badai dan kenaikan permukaan laut. Dengan kata lain, mangrove menjadi benteng alami bagi masyarakat pesisir.
Padang lamun berperan dalam menjebak sedimen sehingga air laut menjadi lebih jernih. Selain itu, lahan basah pesisir dapat menyerap polutan seperti logam berat dan nutrisi berlebih. Hal ini membantu menjaga kualitas air agar tetap sehat bagi kehidupan biota laut.
Ekosistem Blue Carbon merupakan habitat penting bagi berbagai biota laut, seperti ikan, udang, dan kepiting. Dengan menjaga ekosistem ini, kita juga ikut menjaga keberlanjutan perikanan yang menjadi sumber pangan sekaligus sumber ekonomi bagi masyarakat pesisir.
Tidak seperti hutan daratan yang kapasitas penyerapannya cenderung stagnan, ekosistem pesisir mampu menyerap karbon secara terus-menerus. Karbon ini kemudian tersimpan dalam tanah dan sedimen hingga ribuan tahun.
Pengelolaan ekosistem Blue Carbon yang berkelanjutan dapat membuka peluang usaha, misalnya ekowisata mangrove, budidaya perikanan ramah lingkungan, hingga riset dan inovasi energi terbarukan berbasis laut.
Untuk memastikan ekosistem pesisir tetap terjaga dan berfungsi optimal sebagai penyerap karbon, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan, baik oleh masyarakat maupun pemerintah:
Mengurangi penggunaan plastik
Sampah plastik adalah ancaman terbesar bagi ekosistem laut. Mengurangi penggunaannya berarti menjaga habitat pesisir tetap sehat.
Membuang sampah pada tempatnya
Sampah yang berakhir di sungai akan terbawa ke laut, merusak ekosistem mangrove dan padang lamun.
Menjaga kelestarian habitat laut
Tidak merusak hutan mangrove atau padang lamun, serta tidak menangkap ikan dengan cara merusak seperti bom atau racun.
Mengurangi limbah cair
Industri maupun rumah tangga sebaiknya mengolah limbah cair sebelum dibuang agar tidak mencemari laut.
Melakukan penanaman mangrove
Upaya rehabilitasi mangrove adalah salah satu cara efektif memulihkan ekosistem Blue Carbon yang rusak.
Menjaga aset pesisir saat berwisata
Tidak merusak ekosistem ketika berkunjung ke pantai, seperti tidak menginjak padang lamun atau merusak akar mangrove.
Merawat lahan basah pesisir
Dengan melestarikan rawa-rawa pasang surut, kita turut menjaga habitat satwa sekaligus meningkatkan daya serap karbon.
Menjaga Blue Carbon bukan hanya soal melindungi lingkungan saat ini, tetapi juga soal warisan untuk generasi mendatang. Dengan menjaga mangrove, padang lamun, dan rawa pesisir, kita tidak hanya mengurangi emisi karbon, tetapi juga menyediakan ekosistem yang sehat untuk anak cucu kita.
Mangrove, misalnya, tidak hanya melindungi pantai dari abrasi, tetapi juga menyaring polutan sehingga air tetap bersih. Akarnya yang kuat membantu menstabilkan garis pantai dan mengurangi erosi. Dengan kata lain, menjaga Blue Carbon adalah bagian dari penerapan konsumsi dan produksi berkelanjutan yang berdampak jangka panjang.
Jika kita tidak segera mengambil langkah nyata, potensi besar Blue Carbon akan hilang, dan yang tersisa hanyalah kerusakan lingkungan yang sulit diperbaiki.
PT GLOBAL SUSTAINABILITY & DIGITAL CONSULTING
GOSUSTAIN
Copyright © 2025. All rights reserved.